Pages

tiada malam, janji yang cuma, tiada arti

Sabtu, 24 Mei 2014
 Tiada Malam Masih sulit tuk berjalan Angan indah t` bercahaya Hanya bisa melihat Nuansa tersayat Malam… Tenggelamkan aku kedalam mimpi indahmu Siang… Bangkitkan aku tuk berpacu Mata letih melihat sayap-sayap hitam Tiada malam aku menelapak Hanya kosong yang kurasa Sehingga ku sadar, Ku berdiri terhimpit sayap  Janji yang Cuma Aku berjalan berselimut sang mentari Bertapak degradasi moral pertiwi Bertatapkan puing-puing janji yang tak terealisasi Ingat janji manis aku membara….. Hanya setitik kunang di kuburan Janji tak bertuan yang kutelan bulat Pendidikan tak sentuh ribuan anak Gedung sekolah yang tak jejeg Sarjana gagah berpeluh di rayanya jalan Nyawa berserak di tong sampah Ku lihat wanita-wanita bunting Sesegukan di kemelut kentut zaman Uangku di rampok tikus berdasi tak berperi manusia Di langit…….. Para cukong hukum bertolak pinggang Mau kau apakan kepala mereka? Janji dan sumpah agungmu itu… Aku bertanya, tapi berbentur meja hukum, macet ! Gores pena guru berkutat masalah Sebatas janjikah? Butakah kau? Tulikah? Suaraku sumbang tak kau dengar Terbakat, terhimpit Lalu berharap…  Tiada Arti Kupejamkan mata ketika bertatap Mata yang liar menusuk sukma Kudekap dan menggeliat Tergetar bagai badai menerka Menjelang kematian dara Ketika gelap tiba Sunyi menghantui qolbu Daun-daun berguguran bagai tertiup awan Saat itu aku rasakan sakit yang luar biasa Sakit yang melebihi kulit ketika tersayat-sayat, jari-jari yang dibuntungi, bahkan leher yang terpenggal Aku tak kuasa Tak kuasa Tak pernah ku dapat mata yang indah seperti dulu Hari-hari ku tangisi, sesali Hampir habis kerongkongan ini Tapi tak peduli Tak peduli Betapa rindu raga ini Yang selalu menanti-nanti datangnya pagi Ketika tertutup matahari Yang sayup tertimpa bumi Mati pun tak berarti Hanya sesal yang menghampiri Sumber : PARADIGMA edisi 22/ Januari 2013 hal. 74

Tidak ada komentar:

Posting Komentar