BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakangPerkembangan adalah perubahan yang sistematis, progesif dan berkesinambungan dalam individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dialami individu mengalami perkembangan sejak berlangsung sejak lahir dan sesudahnya, dimana badan, otak, kemampuan dan tingkah laku pada masa usia dini, anak-anak dan dewasa menjadi lebih kompleks dan berlanjut dengan kematangan sepanjang hidup.
Dan setiap organisme baik manusia maupun hewan pasti mengalami perkembangan selama hidupnya.
Dengan demikian psikologi perkembangan terbentuk dari aspek-aspek perkembangan yang meliputi: aspek fisik, kognitif, bahasa, psiko-sosial , moral dan agama sejak masa konsepsi sampai kematiannya.
Namun, dalam penulisan makalah ini hanya mengambil pembahasan tentang aspek-aspek perkembangan sosial, moral dan agama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perkembanganperilaku sosial, moral dan agama?
2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembanganperilakusosial, moral, dan agama ?
3. Bagaimana tahap-tahap dan karakteristik perkembanganperilaku sosial, moral, dan agama?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian PerkembanganperilakuSosial, Moral dan Agama
• Pengertian Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi , meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan berkerja sama.
Anak dilahirkan belum bersifat sosial. Dalam arti, dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain.
Untuk mencapai kematangan sosial, anak baru belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperlukan anak melaui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya, baik orangtua, saudara, teman sebaya atau orang dewasa lainnya.
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi proses perlakuan atau bimbingan orangtua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Proses bimbingan orang tua ini lazim disebut sosialisasi.
Sosialisasi dari orang tua ini sangatlah penting bagi anak, karena dia masih terlalu mudadan belum memiliki pengalaman untuk membimbing perkembangannya sendiri kearah kematangan.
• Pengertian perkembangan moral
Istilah moral berasal dari kata latin “mos” (Moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan atau nilai tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral.Nilai-niai moral itu, seperti:
- Seruanuntukberbuatbaikkepada orang lain, memeliharaketertibandankeamanan, memeliharakebersihandanmemeliharahak orang lain.
- Larangan mencuri, berzina, membunuh, dan meminum-minumankerasdanberjudi.
Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya.
Di dalam versi piaget dan Kohlberg ditekankan bahwa pemikiran moral seorang anak, terutama ditentukan oleh kematangan kapasitas kognitifnya.
Pada tahap perkembangan kognitif yang memungkinkansikapdanperilakuegosentrismeseoranganakberkurang, lazimnyapertimbangan moral (moral reasoning) anaktersebutmenjadilebihmatang.Sedangkananak-anak yang masihdiliputisikapdanperilakumementingkandirisendiriituhanyaakanmampumemahamikaidahsosial yang hanyamenguntungkandirisendiri.
Jadiperluditanamkanperilaku moral dansoaialpadaanak agar anak-anak yang egoismenyadarikesalahansosialnya dan berperilaku moral secaramemadai.
• Perkembangan KesadaranBeragama
Salah satu kelebihanmanusiasebagai makhluk Allah Swt,adalah dia dianugerahi fitrah (perasaan dan kemampuan ) untuk mengenal Allah dan melakukan ajaran-Nya. Dalam kata lain, manusia dikaruniai insting religius (naluri beragama).
Karena memiliki fitrah ini, kemudian manusia dijuluki sebagai “Homo Devinans”, dan “Homo Religious”, yaitu makhluk yang bertuhan dan beragama.
Fitrah beragama ini merupakan disposisi (kemampuan dasar) yang mengandung kemungkinan atau berpeluang untuk berkembang.Namun, mengenaiarahdankualitasperkembanganberagamaanaksangatbergantungkepada proses pendidikan yang diterimanya.
Jiwa beragama atau kesadaran beragama merujuk kepada aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah yang direfleksikan ke dalam peribadatan kepada-Nya, baik yang bersifat hablumminallah maupun hablumminannas.
B. Faktor –faktoryang mempengaruhi PerkembanganPerilakuSosial, Moral dan Agama
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Sosial
Faktor perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan misalnya, baik orang tua, sanak keluarga, orang dewasa lainnyaatau teman sebayanya.Apabila lingkungan sosial tersebut memfasilitasi atau memberikan peluangterhadap perkembangan anak secara positif, maka anak akan dapat mencapai perkembangan sosialnya secara matang.
Namun, apabila lingkungan sosial itu kurang kondusif, seperti perlakuan orangtua yang kasar, sering memarahi, acuh tak acuh, tidak memberikan bimbingan, teladan, pengajaranatau pembiasaan terhadap anak dalam menerapkan norma-norma baik agama maupun tata krama atau budi pekerti cenderung menampilkan perilaku maladjustment, seperti :
• Bersifat minder
• Senang mendominasi orang lain
• Bersifat egois
• Senang menyendiri
• Kurang memiliki pearasaan tenggang rasa
• Kurang mempedulikan norma dalam berperilaku.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Moral
Perkembangan moral seoranganakbanyak dipengaruhi oleh lingkungannya.
Anak memperoleh nilai-nilai moral dari lingkungannya, terutama dari orangtuanya. Dia belajar untuk mengenal nilai-nilai dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut.Dalam mengembangkan moral anak, peranan orangtua sangatlah penting, terutama pada waktu anak masih kecil.
Beberapa sikap orang tua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan perkembangan moral anak sebagai berikut:
• Konsisten dalam mendidik anak
• Sikap orang tua dalam keluarga
• Penghayatan dan pengalaman agama yang dianut
• Sikap konsisten orngtua dalam menerapkan norma
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Agama
Pekembangan beragama seseorang dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan lingkungan:
a. Faktor Pembawaan (Internal)
Setiap manusia yang lahir ke dunia ini, baik yang masih primitif bersahaja, maupun yang sudah modern, baik yang lahir di negara komunis maupun kapitalis; baik yang lahir dari orang tua yang sholeh maupun jahat.
Di masyarakat yang masih primitif muncul kepercayaan terhadap roh-roh gaib yang dapat memberikan kebaikan atau bahkan malapetaka. Agar roh-roh itu tidak berperilaku jahat, maka mereka berusaha untuk mendekatinya melalui sajian-sajian yang dipersembahkan kepada roh-roh tersebut bahkan di kalangan masyarakat modern pun masih ada yang mempunyai kepercayaan kepada hal-hal yang sifatnya takhayyul, seperti mempercayai barang-barang tertentu (seperti, keris atau batu aki) mempunyai kekuatan-kekuatan yang dapat mendatangkan kebaikan, sehingga tidak sedikit di kalangan mereka yang mengkeramatkannya.
Kenyataan di atas menunjukkan bahwa manusia itu memiliki fitrah untuk mempercayai suatu zat yang mempunyai kekuatan baik memberikan sesuatu yang bermanfaat maupun yang madhorot (mencelakakan).
Dalam perkembangannya, fitrah agama ini ada yang berjalan secara alamiah, dan ada juga yang mendapat bimbingan dari para rasul Allah Swt, sehingga fitrahnya itu berkembang sesuai dengan kehendak Allanh Swt, sehingga fitrahnya itu berkembang sesuai dengan kehendak Allah Swt.
b. Faktor Lingkungan (Eksternal)
Faktor pembawaan atau fitrah beragama merupakan kompetensi yang mempunyai kecenderungan untuk berkembang. Lingkungan itu adalah keluarga, sekolah dan masyarakat.
Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak. Oleh karena itu kedudukan keluarga dalam pengembangan kepribadian anak sangatlah dominan.orangtua mempunyai peranan yang sangat penting dalam menumbuhkembangkan fitrah beragama anak.
Menurut Hurlock (1956: 434), keluarga merupakan “Training Centre” bagi penanaman nilai-nilai.Pengembanganfitrahataujiwaberagamaanak, seyogianyabersamaandenganperkembangankepribadiannya, yaitusejaklahirbahkanlebihdariitusejakdalamkandungan. Oleh karena itu, sebaiknya pada saat bayi masih berada dalam kandungan, orangtua seyogianya lebih meningkatkan amal ibadahnya kepada Allahseperti melaksanakan sholat wajib dan sunnat, berdoa, berdzikir, membaca Al-qur’an dan memberi sedekah.
Dalam mengembangkan fitrah agama anak dalam lingkungan keluarga, di samping upaya-upaya yang telah dilakukan di atas, maka ada beberapa hal yang perlu menjadi kepedulian orangtua yaitu sebagai berikut:
1) Karena orangtua merupakan pembina pribadi yang pertama bagi anak, tokoh yang diidentifikasi atau ditiru anak, maka seyogianya dia memiliki kepribadian yang baik atau ber akhlakul karimah.
2) Orangtua hendaknya memperlakukan anaknya dengan baik
3) Orangtua hendaknya membimbing, mengajarkan, atau melatihkan ajaran agama terhadap anak.
Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang memepunyai program yang sistemik dalam melaksanakan bimbingan, pengajaran dan latihan kepada siswa agar mereka berkembang sesuai potensinya. Dalam kaitannya dengan upaya mengembangkan fitrah agama ini lingkungan sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan wawasan pemahaman,
pembiasaan mengamalkan ibadah atau akhlak mulia dan sikap apresiasiatif terhadap ajaran agama.
Agar dapat melaksanakn tugas tersebut maka guru agama dituntut untuk memiliki karakteristik sebagai berikut:
• Memiliki kepribadian yang mantap (akhlak mulia)
• Menguasai disiplin ilmu dalam bidang studi pendidikan agama islam.
• Memahami ilmu lain yang relevan atau menunjang kemampuannya dalam mengelola proses belajar mengajar.
Lingkungan Masyarakat
Yang dimaksud lingkungan masyarakat di sini adalah situasi atau kondisi interaksi sosial dan sosiokultural yang secara potensial berpengaruh terhadap perkembangan agama.
Dalam mayarakat, individu (terutama anak-anak dan remaja) akan melakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya atau anggota masyarakat lainnya apabila teman pergaulan itu menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai agama, maka anak remaja pun cenderung akn berakhlak baik.
Namun apabila temannya menampilkan perilaku ynag sesuai yang kurang baik amoral atau melanggar norma-norma agamamaka akan cenderung akan terpengaruh untuk mengikuti atua mencontoh prilaku tersebut.
Kualitas perkembangan beragama ini bagi anak sangat bergantung pada kualitas perilaku atau peribadi orang dewasa atau warga masyarakat.
C. Tahap-tahap dan Karakteristik Perkembangan Sosial, Moral,dan Agama
a. Tahap-tahap dan karakteristik perkembangan sosial
1) Masa kanak-kanak
Pada usia pra sekolah (terutama mulai usia 4 tahun),
perkembangan sosial anak sudah tampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya. Tanda-tanda perkembangan sosial pada tahap ini adalah :
• Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan bermain.
• Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan
• Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain.
• Anak mulai dapat bermain bersama anal-anak lain, atau teman sebaya (peer group).
2) Masa anak sekolah (USIA SEKOLAH DASAR)
Perkembangan sosial pada anak sekolah dasar ditandai dengan :
• Adanya perluasan hubungan, disamping dengan keluarga juga memulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group) atau teman sekelas.
• Anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri-sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif ( bekerja sama) atau sosiosentris ( mau memperhatikan kepentingan orang lain).
• Anak dapat berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebanyanya, dan bertambah kuat keinginanya untuk diterima menjadi anggota kelompok (gang).
• Anak merasa tidak senang apabila tidak diterima dalam kelompoknya.
3) Masa Remaja
Perkembangan sosial pada masa remaja mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Di Lingkungan keluarga
• Menjalin hubungan yang baik dengan para anggota keluarga (orangtua dan saudara).
• Menerima otoritas orangtua (mau menaati peraturan yang ditetapkan orangtua)
• Menerima tanggung jawab dan batasan-batasan (norma) keluarga.
• Berusaha untuk membantu anggota keluarga, sebagai individu maupun kelompok dalam mencapai tujuannya.
b. Di lingkungan sekolah
• Bersikap respek dan mau menerima peraturan sekolah.
• Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah.
• Menjalin persahabatan dengan teman-teman di sekolah.
• Bersikap hormat terhadap guru, pemimipin sekolah dan staf lainnya.
• Membantu sekolah dalam merealisasikan tujuan-tujuannya.
c. Di lingkungan masyarakat
• Mengakui dan respek terhadap hak-hak orang lain.
• Memelihara jalinan persahabatan dengan orang lain.
• Bersikap simpati dan altruis terhadap kesejahteraan orang lain.
• Bersikap respek terhadap nilai-nilai, hukum, tradisi, dan kebijakan-kebijakan masyarakat.
b. Tahap-tahap dan karateristik perkembangan moral
1) Masa bayi
Perkembangan moral pada masa bayi mempunyai karateristik sebagai berikut:
• Pada masa ini tingkah laku anak hampir semuanya didominasi oleh naluriah belaka (impulsi).
• Anak cenderung suka mengulangi perbuatan yang menyenangkan, dan tidak mengulangi perbuatan yang menyakitkan (tidak menyenangkan).
2) Masa kanak-kanak
Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok lainnya (orang tua, saudara dan teman sebaya).
Melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain anak belajar memahami tentang kegiatan atau perilaku mana yang baik/boleh/diterima/disetujui/tidak disetujui. Berdasarkan pemahamannya itu, maka pada masa ini anak harus dilatih atau dibiasakan mengenai bagaiamana dia harus bertingkah laku (seperti, mencuci tangan sebelum makan, memggosok gigi sebelum tidur, dan membaca basmalah sebelum makan).
3) MasaAnakSekolah (UsiaSekolahDasar)
Perkembangan moral padamasaanaksekolahmempunyaikarakteristiksebagaiberikut:
• Anakmulaimengenalkonsep moral (mengenalbenarsalahataubaikburuk) pertama kali dilingkungankeluarga.
• Anaksudahdapatmengikutipertautanatautuntutandariorangtuaataulingkungansosialnya.
• Anaksudahbisamemahamialasan yang mendasarisuatuperaturan.
• Sudahdapatmengasosiasikansetiapbentukperilakudengankonsepbenar-salah ataubaik-buruk.
4) Masa remaja
Perkembangan moral padamasaremajamempunyaikarateristiksebgaiberikut:
• Merekasudahlebihmengenaltentangnilai-nilai moral ataukonsep-konsepmoralitas, sepertikejujuran, keadilan, kesopanan, dankedisiplinan.
• Munculdoronganuntukmelakukanperbuatan-perbuatan yang dapatdinilaibaikoleh orang lain.
• Remajaberperilakubukanhanyauntukmemenuhikepuasanfisiknya, tetapipsikologis (rasa puasdenganadanyapenerimaandanpenilaianpositifdari orang lain tentangperbuatannya.
c. Tahap-tahap dan karateristik perkembangan agama
Syamsuddin menjelaskan tahapan perkembangan agama dan karakteristikny, yaitu sebagai berikut:
1) Masa kanak-kanak awal
• Bersikap reseptif meskipun banyak bertanya.
• Pandangan ketuhanan yang dipersonifikasi.
• Penghayatan secara rohaniah yang belum mendalam.
• Hal ketuhanan dipahamkan secara ideosyncritic (menurut khayalan pribadi).
2) Masa kanak-kanak akhir
• Bersikap reseptif yang disertai pengertian.
• Pandangan ketuhanan yang diterangkan secara rasional.
• Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, melaksanakan kegiatan ritual diterima sebagai keharusan moral.
3) Masa remaja awal
• Sikap negatif disebabkan alam pikirannya yang kritis melihat realita orang-orang beragama yang hipokrit (pura-pura).
• Pandangan ketuhanan menjadi kacau karena beragamnya aliran paham yang saling bertentangan.
• Penghayatan rohaniyahnya cenderung skeptik, sehingga banyak yang enggan melaksanakan ritual yang selama ini dilakukan dengan penuh kepatuhan.
4) Masa remaja akhir
• Sikap kembali kearah positif, bersamaan dengan kedewasaan intelektual, bahkan agama menjadi pegangan hidupnya.
• Pandangan ketuhanan dipahamkannya dalam konteks agama yang dianut dan dipilihnya.
• Penghayatan rohaniyahnya kembali tenang setelah melalui proses identifikasi dan merindu pula. Dia dapat membedakan antara agama sebagai doktrin atau ajaran manusia.
BAB IV
PENUTUP
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Danjiwa beragama atau kesadaran beragama merujuk kepada aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah yang direfleksikan ke dalam peribadatan kepada-Nya, baik yang bersifat hablumminallah maupun hablumminannas.
Faktor perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan misalnya, baik orang tua, sanak keluarga, orang dewasa lainnya atau teman sebayanya.SedangkanPerkembangan moral seoranganakbanyak dipengaruhi oleh lingkungannya. Anak memperoleh nilai-nilai moral dari lingkungannya, terutama dari orangtuanya. Dan Pekembangan beragama seseorang dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan lingkungan.
Dalamsetiapperkembangansosial, moral dan agama memilikitahapandankarateristiksendiri-sendiri yang meliputitahapandarimasaanak-anakawal, anak-anakakhir, remajaawaldanremajaakhir.Dan mempunyaikarateristik yang berbeda-bedasesuaitahapanmasing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M.Pd, PsikologiPerkembanganAnakdanRemaja, PT. RemajaRosdakarya, Bandung : 2000.
MuhibbinSyah, M.Ed, PsikologiPendidikandenganPendekatanBaru, PT. RemajaRosdakarya, Bandung : 1997.
Dr. H. Mahmud, M.Si, PsikologiPendidikan, (PustakaSetia : Bandung), (tanpatahun)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar